Rabu, 11 Juni 2014

Dead...line

Memahami orang lain
Selalu saja menarik untuk dipelajari
Kalau memahami orang lain adalah mata kuliah, mungkin aku tidak lulus-lulus


Aku bukan tidak mau menyelesaikannya
Aku tau kita mempunyai bagian masing-masing
Aku tau bagianmu lebih banyak
Tapi
Bagianku lebih rumit
Medan juangku tidak seragam punyamu
Sedih rasanya saat kamu salah mengirim pesan
mengajak temanmu untuk nonton ke bioskop dan main bilyard malam itu kala bagianmu sudah selesai
Sementara aku membaca pesan salah alamatmu di tengah agenda padatku akan rutinitas yang harus aku jalani
dan tugas yang biasa kita sebut "bagianku", belum selesai

Aku tidak memintamu untuk membantuku menyelesaikan bagianku walaupun kamu sering begitu
Aku hanya memintamu untuk tenang, dan hentikan serbuan pesanmu menanyakan 'bagaimana' tiap pagi, menjelang siang, siang, menjelang sore, sore, menjelang malam, malam, menjelang pagi, pagi dan terus dan terus
Aku sedang berusaha menyelesaikannya sebelum deadline
Kamu cukup duduk manis, atau nonton ke bioskop, atau main bilyard
Tapi aku sarankan kamu untuk berdoa saja di tempat nyamanmu, jangan lupa untuk mendoakan juga semoga bagianku cepat selesai
Tenangmu sudah membantuku


Memahami banyak orang
Selalu saja menarik untuk dipelajari
Kalau memahami orang lain adalah mata kuliah, dan kalau aku akhirnya lulus
Aku akan mengambil kelasnya lagi

Jumat, 06 Juni 2014

Hilang Kata


 

Emm… bingung di mulai darimana, terlalu banyak yang harus disampaikan dalam waktu yang harus sama. Hasilnya, hanya bisa diam, sambil mengurung gejolak di hati supaya tidak lepas semaunya.

Bukan batal menghadiri agenda primadona mereka yang membuatku sampai begini, tapi menerima usaha-usaha mereka supaya aku tidak pergi.

Cukup sekian, tidak ada penggambaran yang lebih tepat untuk menjelaskannya.

Dan aku tinggal menjalankan peran seperti biasanya, seakan tidak terjadi apa-apa.

 

Jumat, 09 Mei 2014

Freedom

Dia masih terikat, kau tau?
Ikatannya tidak pernah kau lepas
Ikatan mati

Aku biasa melihatnya di teras depan tempatnya duduk kala fajar menyerbu
Aku hanya melihatnya di jendela tempatnya biasa bersandar menghabiskan sore
Siangnya, malamnya
Setiap harinya
Dia terikat
Kau terkeji

Biarkan dia tetap menyala walau dalam terang
Biarkan dia tetap bicara walau dalam bising
Tidak akan menyerang
Tidak akan menyingsing
Tidak mematikanmu

Kau tau, hanya saja tidak mau
Kau kalah, tapi tidak mau menyerah
Kau sebut gigih namanya
Keras kepala maknanya
Kau membela

Lalu berlalu

Aku masih terpaku di tempatku
Geram bukan main


For you who always keep your deepest quest
You need freedom, it is not time, it is not chance
Release that bond, dude!

Sabtu, 26 April 2014

Saat Senja Datang

Aku selalu senang saat senja datang, mengantarkan malam, menawarkan gelap.
Aku selalu tertegun saat mentari sampai di dermaganya, menyampaikan salam, menitipkan bulan.

Aku selalu tertipu dalam ilusi kerajaan awan, melepaskan tapi tak pernah menangkap.
Aku selalu terpukau di setiap distorsi biasan warna, seakan merona lalu merana oleh bualan.

Aku selalu terhempas saat angin menghampiri, terhentak hebat dalam sigap.
Aku selalu terkagum saat ombak bergulung, tak pernah lelah walaupun tak kenal buaian.

Aku selalu senang saat senja datang.
Aku terlalu senang saat senja datang, hingga aku tau jingga berubah menjadi singgah.
Tapi, aku tetap senang saat senja datang.
Mengantarkan malam.
Menawarkan gelap.


Tulisan lama
Beberapa hari setelah skenario selesai
19.45
7 Februari 2012

Teori Relativitas Khusus Albert Einstein

Pernah dengar teori relativitas khusus Albert Einstein tahun 1905?
"Jika dua pengamat berada dalam kerangka acuan lembam yang relatif sama, maka tidak dapat diketahui apakah mereka bergerak atau diam"

Setelah kubaca dan kupahami, teori ini benar adanya.

Kulihat kau diam dan aku diam,
dan kita diam.

Kulihat kau bergerak dan aku bergerak,
pada kecepatan yang signifikan, aku masih bisa tau aku berpindah,
karena acuanku adalah dirimu.

Lalu, kulihat kau bergerak dan aku bergerak,
pada kecepatan yang konstan, seiringan,
tanpa pernah aku simpulkan aku berpindah,
karena acuanku adalah dirimu.
Dan aku melihat dirimu disampingku, seperti cermin.
Kulihat dirimu adalah aku


Tulisan lama
08.32
10 April 2011

Kamis, 23 Januari 2014

Hari ini Aku Pulang


Tidak mudah mencapai rumah dalam cuaca buruk begini, hujan dimana-mana, macet membara, banjir menerjang. Lebih dari 600km, semakin banyak banjir dan hujan yang harus dilewati. Pesawat sering memberi harapan palsu karna cuaca mengajarkannya begitu. Kereta api terlebih lagi. Dan bus sudah wafat untuk minggu ini.
Begitu sulit untuk pulang. Nasib anak rantau homesick, semuanya aku bayar hanya untuk sampai rumah lebih cepat barang 1 jam pun.

Pertama kali naik kereta. Ini tidak terlalu buruk. Hanya delay 7 jam. Aku masih menikmati perjalanan ini, sawah yang seperti savana dan petani-patani sabar itu. Aku amat menanti keretaku berhenti di Jakarta kota dengan segera. Sahabatku sudah menunggu disana, ibu ayahku sudah menunggu dari dulu.

Aku pulang
Semester ini semester hebat untukku, dengan kewajiban semakin banyak, hak semakin sedikit, dan beban di pundak yang semakin berat. Tidur dan makan hanya sampingan lalala. Semakin aku ikuti LKMMD rasanya aku gagal lulus LKMM PD, manajemen waktuku sangat buruk, sampai-sampai makan hanya 1 kali sehari, dan tidur hanya 3 jam saja. Tapi selalu ada sesuatu untuk dikorbankan, karna kita hanya 1 raga, dan pilihan mengacaukan.

Dalam kepulangan ini, aku berharap banyak. Santai bersama keluarga, jalan-jalan kemana-mana, tertawa bersama-sama. Dan yang paling penting lagi, mengistirahatkan pikiran dan tubuh kecil ini, untuk menjadi lebih kuat di semester berikutnya. Medan lebih sulit, lebih kejam tentu saja. Tetapi sesuai hukum alam, pemandangan akan semakin menakjubkan. Dan aku berharap ini momentum terindah dalam proses pendewasaanku, menuju tahap pendewasaan berikutnya.

Ibu, ayah, adek, sambut hangat aku ya. Peluk seerat mungkin, tapi jangan menangis.

Dalam kereta
24 Januari 2014
08.03


Kamis, 09 Januari 2014

Niat Baik

Sebaiknya harus bersikap seperti apa?
Mengalahkah?
Sabarkah?
Pasrah?

Jangan tekan aku dengan dinginnya mata elangmu itu, apalagi bahasa isyaratmu. Aku tau kamu, kamu, kalian, tidak menginginkanku.

Aku harus mengaku, aku sependapat denganmu. Aku akan berpikir sepertimu bila aku kamu.
Tapi ternyata menyedihkan ya menjadi aku.

Dan sekarang aku bimbang harus bersikap seperti apa.
Dasar bijaknya pemikiranmu, dan rasa sedihnya menjadi aku.

Rasa lelah, kesal, gelisah itu tidak lagi ada.
Semua tertutupi dengan maksudmu yang tidak bisa disembunyikan, bahkan seolah menunjukkan.
Kamu benar, tapi apa aku harus salah?

Kamu, kamu, kalian besar
Aku kecil
Dan aku bertahan
Aku tidak membuktikan
Hanya niat baik tidak boleh dibatalkan