Selasa, 19 November 2013

Kata Hati

Spekulasi. Terlalu sering.
Lelah ya, harus ada perhitungan di setiap detik. Untungnya, ruginya. Padahal begitu mudah kalau kita ikut apa kata hati. Memang akhirnya tidak selalu bagus, tapi perhitungan juga tidak pasti.

Masih ingat 2 hari yang lalu tiba-tiba temannya teman kost pergi sendiri naik motor ke Kendal jam 8 malam gerimis. Perjalanan Kendal-Semarang tidak ditempuh dengan mudah, perlu 2-3 jam untuk tiba disana. Saat ditanya kenapa nekat begitu, jawabnya sekenanya saja, "ga tau, pengen banget kesana sekarang. Harus."
Dalam hati aku tidak terlalu peduli, tapi pikiranku cukup terganggu. Apa ada orang yang besok jam 7 pagi kuliah, lalu sekarang pergi ke kendal jam 8 malam gerimis, sendiri, perempuan. Bukan hanya kepala yang menggeleng, tapi dahi juga mengernyit keras. Aku tau dia tau yang sedang aku pikir. Otaknya kemana.

Dia pergi, aku masuk ke kamar. Sudah tidak lagi gerimis, sudah hujan lebat. Dan aku masih berpikir, dan pikir lagi, memang apa yang salah. Tidak ada kan. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi. Siapa yang mengatur. Cuma Tuhan, dan mudah sekali bagi-Nya menggerakkan hati manusia. Jadi? Apa masih perlu spekulasi? Garis tangan sudah ada, takdir alam tetap terjadi. Buku hidup sudah selesai dibuat.

Kuncinya manusia hidup cuma berusaha dan berdoa kan? Berusaha sepenuh hati, dan doa setulus hati.

Tidak usah terlalu diambil pusinglah banyak spekulasi sampai detail. Idealis itu bagus, tapi idealis seiring hati perlu.

Kamis, 07 November 2013

Manusia

Sebenarnya aku lebih suka menyampaikan maksudku dengan lisan, tapi karena suaraku tidak bagus, aku memilih untuk menulis, walaupun tulisanku juga tidak bagus, tapi masih lebih baik daripada suaraku. Setidaknya itu menurutku. Lagipula disini lebih menyenangkan, aku tidak butuh siapapun untuk hanya sekedar mendengar pun, apalagi mengomentari. Karena aku tidak butuh pendapat orang lain saat ini. Aku hanya butuh menyampaikan maksudku, pikiranku, hatiku.

Dan semua orang sama saja, tidak ada yang benar-benar mengerti. Mereka dan aku dinamakan manusia, aku baru mengerti sekarang, tidak sempurna, mereka dan aku hanya diberi akal, tapi itu tidak selalu baik. Untuk urusan mengerti, binatang peliharaan masih lebih baik. Tapi jangan disamakan manusia dengan ibu, ibu itu malaikat.

Aku korelis bergolongan darah A. Aku tidak suka dibicarakan dari belakang, tentang keburukanku dan bahkan kebaikanku sekalipun. Maka dari itu aku tidak senang mendengarkan orang lain tentang sifat orang yang lainnya. Aku hanya senang mendengarkan manfaat mereka untuk orang lain. Karena menurutku, seperti itulah mereka seharusnya berfungsi. Untukku, sifat tidak ada asyiknya untuk dibicarakan, hanya perlu dimengerti dalam hati. Banyak orang mengatakan aku manusia aneh. Mungkin itulah yang membuatku tidak punya banyak teman dekat, bahkan sepertinya nyaris tidak ada. Aku belajar beradaptasi, tapi itu membuatku menjadi bukan aku. Aku jadi seperti menipu diri sendiri, tapi tak apalah, mereka juga penipu. Demi hidup disini, aku rela melakukannya, karna ibu selalu berdoa untukku dan karna doa malaikat lebih dekat dengan Tuhan.


Sabtu, 02 November 2013

"Wajahku Diganti"

Hujan deras malam ini, sepertinya bumi tambah sakit. Belum waktunya, tapi hujan seperti ini sudah berjalan lebih dari 1 minggu.

'Malaikat juga Tahu' mengantar mata terpejap malam ini, setelah lelah karna kemacetan dari Solo.
Alunan akustiknya, suara merdunya berlomba kalahkan deras hujan. Bukan karna alasan, lagu ini begitu sempurna untuk mengaca diri. Tepat 25 jam setelah memutar ingatan lama bersama teman lama.

Malu mengakuinya.
Aku begitu haus untuk air yang hanya secangkir, cangkir mainan. Dan selalu lapar untuk sepotong kue keras dengan strawberi yang tak pernah membusuk.
Diselimuti gaun indah, sepatu mengkilap. Mencoba habisi waktu sore dengan damai.
Dan kamu selalu mengajakku jalan keluar dari tempat ini. Sambil merayu, "Nanti kita beli cangkir porselin dan teh melati, kue yang bisa kau tusuk dengan garpu dan tentunya manis, gaun yang lebih cantik dan penuh renda, sepatu kaca yang mengkilau...."

Sayang, aku bukan sekedar tidak bisa mendengar apa yang kamu
bilang, aku juga tidak pernah ingat apakah kita pernah bertemu.
Yang aku tau, bicara dan berlama-lama dengan orang asing itu tidak baik.