25 Desember 2013
01.38 A.M.
S
|
etahun belum genap memang, tapi masa bakti ini sudah
menemui batas akhir. Terlalu cepat untuk hati yang senang, bahkan sedih pun.
Perkumpulan ini bukan hanya sebuah kelompok yang mempunyai visi yang sama, atau
sekedar mencari pengalaman, ilmu, relasi, dan mengisi waktu. Tapi lebih lebih
dari itu. Seperti halnya anak yang tidak bisa memilih dikandung oleh rahim ibu
yang mana, atau pun seorang penikmat kesendirian yang tidak bisa memilih
tetangganya. Tuhan berkata terjadi, dan benar-benar terjadi. Menyatukan
orang-orang di perkumpulan ini. Keluarga ini.
Pertama kali memilih untuk bergabung dengan
departemen PSDM adalah bukan pilihanku, ini saran temanku, yang entah ingin
mencebloskanku kemana. Beruntungnya aku mengikuti sarannya. Banyak hal yang
merubah pola pikirku disini. Pengkaderan, bukanlah segala hal yang aku rasakan
dan pikirkan selama 5 bulan awal aku kuliah. Aku menjadi semakin mengerti dan
paham, bahwa kaderisasi lebih dari sekedar bentakan, paksaan, ataupun tidak ada
kerjaan. Disinilah aku banyak belajar dan disadarkan terhadap sesuatu yang aku
benci. Dan aku menarik kesimpulan, sudut pandangku sangat sempit. Perkumpulan
ini berhasil membuka kepalaku, mengambil bagian chip yang rusak dan
menggantinya dengan yang baru, bahkan membersihkan beberapa bagian yang sudah
kusam.
Di bawah kepemimpinan Mas Akbar, aku menemukan
rumahku di perantauan ini. Aku tidak bisa berbohong dan berkata rumahku adalah
jurusanku seperti yang banyak orang bilang dan paksakan. Rumahku disini. Saat
aku bingung, gundah, sedih ataupun senang. Aku selalu tau kemana harus pulang.
Entah keajaiban apa yang bisa meleburkan
kita menjadi satu tubuh yang utuh, satu bagian yang saling mengisi bagian lain,
yang saling mewajari suatu kekurangan, dan berjalan bersama tanpa meninggalkan
apapun kecuali jejak.
Banyak sekali cerita yang kita buat disini, kisah
tentang kunjungan HMJ sampai cinta yang rumit. Ah, masalah cinta lagi, mungkin
cuma aku yang independen, sudahlah aku tetap bangga.
Sekarang, kita sudah tiba di persimpangan jalan,
jalan yang terpisah dan kita tidak mungkin lagi mempunyai agenda rutin untuk
membahas sesuatu. Kita tidak lagi mempunyai waktu untuk menegangkan urat saat
program kerja tidak semulus yang kita harapkan dan meregang saat berjalan
sukses dan surplus banyak. Jalan yang kita pilih tentu saja akan lebih panjang
dan berliku. Dan aku percaya, Tuhan mengatur segalanya begitu indah. Di
buku-Nya, jalan hidup kita sudah ditulis, hanyalah usaha yang sepadan dengan
doa yang tinggal kita lakukan. “If everything had been written down, so why
worry”.
Aku akan sangat merindukan masa-masa kita bersama
dalam hal apapun. Aku akan merindukan perhatian dan nasihat Mas Akbar. Pemberi
solusi hati, Mas Ebtian. Ide-ide dan kunci motornya Mas Hafa yang sering
menghilang. Kedatangan dan keterbukaannya Mas Kahar. Kesigapan membantu dan
sabarnya Mbak Ais. Candaan Nanang yang sebenarnya tidak terlalu lucu. Kealayan Unge
yang ga terlalu kronis. Kreasi Elda yang memikat. Kepemimpinan dan tebengan
Albanu yang ga pernah mengeluh. Ketenangan Umair. Kesundaan aa Syihab.
Keteguhan Mas Syamsul. Bad mood-nya mbak Natia. Rajinnya Mas Bagus. Dan Rosi
yang misterius.
Kepengurusan ini memang resmi berakhir. Tapi aku
tidak mau ucapkan “selamat tinggal”, dan bahkan “sampai berjumpa lagi”. Aku
ingin kehangatan ini tidak pernah mendingin.
Aku sayang keluarga hebat ini.
Dan sekarang, aku tidak tau kemana harus pulang
sementara air mata terus berderai.
Thousand
candles lighted, and each candle is a prayer
Let
us break the darkness through this little candle light
Let
us throw the darkness through this little candle light
Thousand
flowers bloom, and each flower is a hope
Let
us be the people who bring a better tomorrow
With
strength and hope, we cover it by love
Only
with strength and hope we bring a better tomorrow
I
know someone standing forward in this believe in
The
most person with a big hope and strength
And
a part of they has grown in me
Inspired
my whole life
They
bring me to a new vision of life
....as
time goes by